Skip to main content

Cara Menghitung Baut Kopling

Apa kabar sobat Blogger semua...
Sering kali kita melihat atau bahkan memasang sendiri kopling antara motor dengan pompa, atau bahkan mesin diesel dengan shaft propeller kapal. Kita hanya tinggal pasang begitu saja nurut apa kata shaft maker / engine maker tanpa berfikir lagi apakah baut pengikatnya ini sudah cukup kuat atau jumlah dan ukurannya apakah sudah tepat.
Maka dari itu kali ini kita coba sedikit berikan contoh perhitungan bagaimana menentukan ukuran baut yang akan digunakan untuk mengikat flans kopling, silahkan di simak.

1.      Sebuah pompa yang digerakkan oleh motor listrik dengan perantara kopling flens, diikat dengan 4 buah baut. Daya motor listrik 15 kW yang bekerja pada putaran 1200 rpm dan diameter lingkaran jarak baut adalah 60 mm, Jika tegangan geser yang diperbolehkan bahan baut tidak boleh melebihi 50 N/ mm2, berapakah ukuran baut yang diperlukan?
Jawab :
        Daya, P = 15 kW = 15 000 W
        Momen puntir yang ditimbulkan oleh kopling adalah :
        Mp =  60 . P / (2 . π . n)  =  60 . 15 000  / (2 . 3,14 . 1200)
              =  119,4  Nm  =  119 400 Nmm
        Gaya geser (gaya tangensial) yang bekerja pada baut adalah :
        F1 =  Mp  / (Z..R)  =  119 400 / (4 . 30) = 995,2 N
        Diameter baut yang diperlukan adalah :
        dk =  √[( 4 F1) / (π .     )] = √ [(4 . 995,2) / (3,14 . 50)]
             = 25,3 mm
        Dari tabel dipakai baut ukuran M7.

2.      Sebuah motor diesel yang berkekuatan 75 kW dengan putaran 1 200 rpm akan memindahkan dayanya dengan bantuan kopling flens yang diikat dengan sejumlah baut berukuran M12 dan diameter lingkaran jarak baut adalah 80 mm, Jika tegangan geser yang diizinkan oleh bahan baut 50 N/mm2, berapakah jumlah baut pengikat yang diperlukan?
Jawab :
Dari tabel baut, untuk baut ukuran M12, didapat dk = 10,1 mm
Gaya geser yang dapat dipikul oleh tiap baut berdasarkan kekuatan bahan :
F1 =  π /4 . dk2 .      = 3,14 / 4  . 10,12  . 50  =  4 000 N
Momen puntir yang dapat dipikul oleh seluruh baut adalah :
Mp  =  Z . F1 . R  =  Z . 4 000 . 40 =  160 000  Z  Nmm  =  160  Z Nm.
Daya, P = 75 kW = 75 000 W
Jumlah baut yang diperlukan adalah :     Mp = ( 60 . P ) / ( 2 . π . n )
160 Z  =  ( 60 . 75 000 ) / ( 2 . 3,14 . 1 200 )
       Z  =  3,7  (maka diambil Z = 4 buah baut)

jadi demikianlah sedikit contoh perhitungan untuk menentukan baut pengikat kopling, sehingga kita bisa menghitung sendiri dimensi dan spek baut sebagai cek dan recek perhitungan dari pabrikan, jadi kita tidak hanya terimo ing pandum tok hahahaha. happy engineering!!!

Reff Ir. Dadang S.Permana / elemen mesin I


Comments

Popular posts from this blog

Istilah NPS - DN dan Outside Diameter Pada Pipa

Sudah lama tidak posting, karena kesibukan dan kemalasan yang mendera. Baik kali ini akan coba kita bahas mengenai kode – kode pipa, saat kita akan mendesign atau membaca gambar pipa system, sering kali kita menjumpai kode NPS atau DN. Apa seeh maksudnya kode – kode ini dan apa kegunaannya akan coba kita bahas di sini. NPS (Nominal Pipe Size) & DN (Nominal Diameter) Dari standard ASME B16.5 Paragraf.1.9.2 ukuran NPS, diikuti oleh nomer tanpa dimensi (dimensionless) menunjukkan ukuran nominal flange atau sambungan (fitting) flange. NPS berhubungan dengan istilah nominal diameter (DN), yang digunakan sebagai satuan internasional (SI unit). Hubungannya seperti dibawah ini: NPS DN ½ 15 ¾ 20 1 25 1 ¼ 32 1 ½ 40 2 50 2 ½ 65 3 80 4 100 5 125 6 150 8 200 Untuk NPS ≥ 4, adalah kelipatan 25 Catatan

Sistem Kontruksi Kapal

Sistem Kontruksi Kapal Sistem kerangka/konstruksi kapal (framing system) dibedakan dalam dua jenis utama; yaitu sistem kerangka melintang (transverse framing system) dan sistem membujur atau memanjang (longitudinal framing system). Dari kedua sistem utama ini maka dikenal pula system kombinasi (combination/mixed framing system). Suatu kapal dapat seluruhnya dibuat dengan sistem melintang, atau hanya bagian-bagian tertentu saja (misalnya kamar mesin dan/atau cerukceruk) yang dibuat dengan sistem melintang sedangkan bagian utamanya dengan sistem membujur atau kombinasi; atau seluruhnya dibuat dengan sistem membujur. Pemilihan jenis sistem untuk suatu kapal sangat ditentukan oleh ukuran kapal (dalam hal ini panjangnya sehubungan dengan kebutuhan akan kekuatan memanjang), jenis/fungsi kapal menjadikan dasar pertimbangan-pertimbangan lainnya.. Untuk mengenali apakah suatu kapal, atau bagian dari badan kapal dibuat dengan sistem melintang atau membujur dapat dilihat pada panelp

Pengertian Dasar DWT, PAYLOAD dan GRT

Load Lines Load Line merupakan istilah formal yang diberikan untuk menandai bagian dari midship kapal pada kedua sisi dari kapal tersebut untuk menunjukkan batas sarat kapal ketika kapal bermuatan. Pembatasan sarat ini didapat dengan pengukuran dari dek kedap cuaca (normalnya dek freeboard) sampai pada tanda garis muat midship. Jarak ini disebut juga dengan “Freeboard” (lambung timbul) pada kapal. a. Design Draft Design Draft merupakan tinggi sarat air pada suatu kapal. Yaitu jarak dari dasar kapal sampai garis air muat (water line). b. Displacement Adalah jumlah volume air yang dipindahkan oleh berat suatu benda yang berada dalam air (tenggelam). Secara garis besa r, displacement adalah bobot mati dari sebuah kapal (berat konstruksi baja, outfitting dan machinery) ditambah dengan persediaan bahan bakar dan muatan dalam kapal (termasuk crew dan akomodasinya). c. Class Notation Dalam jangkauan klasifikasi, ciri-ciri lambung, mesin dan perlengkapan j